MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK
OPTIMALISASI LABA PERUSAHAAN
Oleh
Muhammad Zaky Zaim Muhtadi1
Abstrak
Sejalan dengan perkembangan teknologi dewasa ini, persoalan yang dihadapi perusahaan
terutama perusahaan industri akan semakin kompleks. Hal ini menuntut manajemen
perusahaan untuk mengambil suatu tindakan yang bijaksana dengan memilih alternatif
dalam mengambil keputusan agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Salah satu tujuan
yang paling utama adalah optimalisasi laba.
Untuk mendapatkan optimalisasi laba dapat dilakukan diantaranya dengan melakukan
pemeliharaan sarana dan prasarana. Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga suatu barang
atau memperbaikinya sampai pada suatu kondisi atau standar yang dapat diterima atau
suatu aktivitas yang dibutuhkan untuk menjaga semua fasilitas dalam kondisi siap
pakai/operasi dan tetap dalam kondisi seperti semula.
Dalam perusahaan industri, salah satu pemeliharaan yang harus diperhatikan adalah
perawatan terhadap mesin-mesin yang dimilikinya. Ada beberapa macam sistem
pemeliharaan yang dapat diterapkan antara lain : sistem pemeliharaan sesudah rusak,
sistem pemeliharaan rutin, sistem pemeliharaan ulang dan sistem pemeliharaan produktif.
Namun ada kalanya suatu komponen/mesin sebaiknya diganti berdasarkan jam operasi
sesuai dengan petunjuk pabrikan untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
A. PENDAHULUAN
Beberapa tahun yang lalu, pabrikasi dan proses produksi telah berjalan baik
dengan peralatan sederhana dan lebih banyak melibatkan tenaga kerja. Pemeliharaanya
tentu sangat sederhana dan berdampak pada luas tertentu dari fungsi mesin yang ada. Saat
ini dalam era industrialisasi, peralatan produksi lebih berkembang, dalam hubungannya
dengan teknologi tinggi perkembangaanya berdampak pada produktifitas dan kualitas
yang semakin bergeser dari tenaga manusia ke mesin. Pentingnya pemeliharaan semakin
ditingkatkan perhatiannya. Pemeliharaan dalam suatu perusahaan/industri merupakan
salah satu faktor yang penting dalam mendukung proses produksi yang mempunyai daya
1
Staf Pengajar Akademi Minyak dan Gas Bumi
JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA
Vol. VIII No. 1 – Tahun 2009
Hal 35 - 43 36
saing dipasaran. Setiap perusahaan/industri tentu selalu memiliki tujuan yang ingin
dicapainya, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai setiap perusahaan sebenarnya sama
yaitu mereka ingin mencapai laba yang optimal dalam jangka panjang sehingga
kelangsungan hidup dari perusahaan/industri tersebut dapat terjamin.
Manajemen perbaikan modern tidak hanya untuk memperbaiki peralatan yang
rusak secara cepat. Manajemen perbaikan yang modern adalah untuk menjaga suatu
barang atau peralatan dapat bekerja dan berjalan dengan fungsi yang maksimal dan
menghasilkan produk yang berkualitas dengan menekan biaya serendah mungkin.
Kesiapan dan keandalan fasilitas dan peralatan-peralatan yang dimiliki perusahaan
harus dipelihara agar tidak mengganggu proses produksi. Tentunya hal ini harus didukung
oleh sistem pemeliharaan yang efektif dan efisien. Dalam kaitannya dengan persediaan
peralatan, sudah sangat umum untuk melakukan pencatatan suku cadang dari
peralatan/mesin yang ada. Hal yang sangat penting dalam manajemen pemeliharaan
adalah untuk meminimalisasi penggantian suku cadang dengan tetap mendapatkan nilai
produksi yang tinggi. Untuk mencapai hal itu maka peralatan-peralatan penunjang proses
produksi ini harus selalu dilakukan perawatan yang teratur dan terencana.
Secara skematik, program perawatan di dalam suatu industri bisa dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Skematik Program Perawatan
B. KEGIATAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN
Perusahaan membutuhkan suatu sistem yang memiliki kemampuan untuk
mendukung dan mempersatukan berbagai tujuan ke dalam suatu tujuan bersama yang
pada akhirnya tujuan tersebut adalah memperoleh laba. Pemeliharaan merupakan topik
yang penting dan menerima anggaran yang sama besar dengan biaya operasi. Pada saat ini
konsep pemeliharaan dan operasi tidak berdiri sendiri, dan lebih dikenal dengan istilah
O&M (operation and maintenance). Operasi dan pemeliharaan harus dikoordinasikan,
pemeliharaan hanya merupakan pendukung dari operasi akan tetapi jika pemeliharaan
tidak baik maka pengoperasian akan gagal atau kurang berhasil.
Dalam manajemen pemeliharaan dilaksanakan kegiatan mengikuti ketentuan
pabrik pembuat, data sejarah identifikasi dan diagnosa kerusakan mesin/peralatan yang
sejenis dan data komissioning tes pada awal operasi. Kegiatan pemeliharaan yang
BAHAN
BAKU
SISTEM KESIAPAN
SARANA PRODUKSI
PERALATAN/MESIN
PRODUK
PROGRAM
PERAWATAN
AKTIFITAS PROSES
PRODUKSI
INPUT OUTPUT 37
dilaksanakan tersebut meliputi perawatan/pemeriksaan, perbaikan, penggantian dan
pengujian yang bertujuan diantaranya untuk mempertahankan kemampuan kerja peralatan
dan menghilangkan/mengurangi resiko kerusakan mendadak yang akan mengurangi
kerugian secara ekonomis.
C. BAGAIMANA MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAPAT
MENGOPTIMALISASIKAN LABA?
Cara manajemen pemeliharaan dalam usaha mengoptimalkan laba diantaranya:
1. Memperpanjang umur kegunaan dari peralatan yang digunakan untuk berproduksi.
Cara yang umum dilakukan adalah dengan rutin melakukan pemeriksaan terhadap
mesin-mesin produksi dan melakukan perbaikan dini terhadap kerusakan kecil, bila
kerusakan tersebut telah diketahui secara dini maka peralatan dapat digunakan
menjadi semakin lama.
2. Selain cara tersebut, hal yang umum dilakukan adalah menjamin ketersediaan
optimum kesediaan suku cadang mesin-mesin yang terpasang untuk produksi dan
mendapatkan laba investasi (return of investment) yang maksimum, maksudnya
dengan selalu menyediakan suku cadang yang harus diganti setelah bekerja selama
waktu tertentu, seperti pelumas, belt, dan sebagainya.
3. Cara yang ke tiga untuk menjamin kesiapan operasi dari seluruh peralatan/mesin yang
diperlukan setiap waktu, misalnya pengoperasian mesin mesin cadangan, dan mesin
mesin pembantu lainnya. Hal ini dimaksudkan jika mesin yang sedang beroperasi
mengalami kerusakan, proses produksi dapat digantikan oleh mesin cadangan, dan
mesin yang mengalami kerusakan dilakukan perbaikan, sehingga proses produksi
dapat terus berjalan tanpa menunggu mesin yang rusak selesai diperbaiki.
4. Cara ke empat adalah menaikan produktivitas dengan melakukan berbagai modifikasi
terhadap peralatan/mesin sehingga diperoleh efisiensi yang tinggi. Modifikasi
umumnya dilakukan setelah proses produksi berjalan dan di evaluasi hasilnya, maupun
pada saat perbaikan untuk menjaga kontinuitas dan peningkatan produksi.
5. Terakhir selalu menjamin keselamatan kerja dari orang yang menggunakan
peralatan/mesin dan peralatan bantu lainnya. Dengan meningkatnya jaminan
keselamatan kerja, hal ini akan memacu produktifitas karyawan untuk meningkatkan
produksi.
Dalam kegiatan pemeliharaan yang andal banyak faktor yang mempengaruhinya antara
lain pengadaan, pemakaian dan pemeliharaan fasilitas, yang didukung oleh organisasi
pengelolaan dan mekanisme kerja pemeliharaan. Maka kegiatan pemeliharaan peralatan
adalah suatu lingkaran tertutup dalam suatu siklus edaran kegiatan. Dimana satu sama lain
merupakan unsur-unsur kegiatan yang tidak dapat dipisahkan.
38
PERBAIKAN
PENGHAPUSAN
KERUSAKAN PENGADAAN
KEBUTUHAN
PEMAKAIAN
PEMELIHARAAN
PENCEGAHAN
(PERAWATAN)
Gambar 2 Siklus edaran kegiatan
Dari Gambar 2 dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam setiap pengadaan peralatan
harus diprogramkan dalam pemakaiannya tentang pemeliharaan (perawatan dan
perbaikan). Dimana dalam pemeliharaan rutin mesin harus tersedia dana, suku cadang/
peralatan dan tenaga pelaksana. Di samping itu, faktor cara pemakaian/penggunaan akan
sangat berpengaruh kepada tindakan pemeliharaan terhadap mesin tersebut.
D. SISTEMATIKA KEGIATAN PEMELIHARAAN
Kegiatan pemeliharaan peralatan, dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Sistematika Kegiatan Pemeliharaan
Pemeliharaan terprogram:
Suatu kegiatan pemeliharaan yang diprogramkan dan merupakan salah satu
kegiatan institusi/perusahaan yang dilakukan dengan pemikiran berorientasi ke
masa depan, pengendalian dan pendataan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya. Termasuk didalamnya adalah:
- Pemeliharaan pencegahan (perawatan)
Pemeliharaan Perbaikan
PEMELIHARAAN
Pemeliharaan
Terprogram
Pemeliharaan Tak
Terprogram
o Pemeliharaan Pencegahan
(Perawatan)
o
o Pemeliharaan Perbaikan
(Darurat) 39
Suatu kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan secara terencana dan periodik
dalam bentuk penjadwalan (time schedule), tujuannya untuk mengurangi
kemungkinan kerusakan, gangguan dan menjaga fasilitas dalam kondisi
standar. Kegiatan pencegahan ini ada yang harus dilakukan harian seperti
mencatat suhu mesin-mesin yang berputar, kegiatan mingguan seperti
pemantauan tereminasi sambungan kabel pada peralatan listrik, kegiatan
bulanan seperti mengganti mengganti minyak trafo atau mesin-mesin yang
berputar serta kegiatan pencegahan tahunan seperti diantaranya melakukan
pengecatan pada peralatan yang ada.
- Pemeliharaan perbaikan :
Suatu kegiatan pemeliharaan membawa fasilitas ke kondisi standar semula
melalui perbaikan dari keadaan rusak sebelumnya. Kegiatan ini dapat
dilakukan dalam pemeliharaan terprogram maupun pemeliharaan tak
terprogram. Contoh kegiatan pemeliharaan perbaikan terprogram adalah
kegiatan minor/mayor maintenance, yaitu kegiatan perbaikan yang bersifat
kecil/besar namun hal ini sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat yang
tercantum dalam manual instruction (petunjuk pabrik) untuk operasional mesin
tersebut.
Pemeliharaan tak terprogram :
Suatu kegiatan pemeliharaan akibat terjadinya kerusakan diluar perencanaan atau
di luar dugaan, dan tidak termasuk dalam anggaran biaya. Yang termasuk dalam
pemeliharaan tak terprogram umumnya adalah pemeliharaan darurat, seperti
kerusakan mesin yang tiba-tiba pada saat kegiatan produksi berlangsung, maka
mesin yang rusak tersebut harus segera diperbaiki untuk menghindari kerugiaan
yang lebih besar karena berhentinya produksi.
Dalam keberhasilan pelaksanaan pemeliharaan diukur berdasarkan sedikitnya
frekuensi dan lama waktu time down (fasilitas tidak berfungsi). Jadi down time peralatan
karena kerusakan harus dihindarkan sedapat mungkin, melalui pemeliharaan perawatan
(preventive) yang terprogram.
Ada beberapa macam pemeliharaan yang sering dilakukan oleh perusahaan dalam rangka
melakukan perawatan mesin-mesin yang dimilikinya, antara lain :
1. Sistim pemeliharaan sesudah rusak (breakdown maintenance)
Tujuan pemakaian metode ini adalah untuk mendapatkan penghematan waktu dan
biaya dan perbaikan dilakukan pada keadaan yang benar-benar perlu. Pada
pemeliharaan sistim ini pekerja-pekerja pemeliharaan hanya akan bekerja setelah
terjadi kerusakan pada mesin atau peralatan. Jika kita memakai sistim ini
kerusakan mesin atau equipment akan terjadi berkali-kali dan frekuensi
kerusakannya hampir sama saja setiap tahunnya. Artinya beberapa mesin atau
equipment pada pabrik tersebut ada yang sering diperbaiki. Pada pabrik yang
beroperasi secara terus menerus, dianjurkan untuk menyediakan cadangan mesin
(stand by machine) bagi mesin-mesin yang vital. Sebagai tambahan, sistim ini 40
untuk pembongkaran mesin-mesin pabrik tahunan tidak dipakai karena pada saat
dilakukannya penyetelan dan perbaikan mesin, unit-unit mesin cadanganlah yang
dipakai.
2. Sistim Pemeliharaan Rutin ( preventive maintenance)
Tipe pemeriksaan dan perbaikan preventive ini dibuat dengan mempertimbangkan
ketersediaan tenaga kerja, suku cadang, bahan untuk perbaikan dan faktor-faktor
lainnya. Biaya perbaikan dan lamanya mesin/peralatan tidak beroperasi dapat
diminimalkan dibandingkan dengan perbaikan mesin yang sama tetapi dilakukan
setelah mesin itu rusak total. Sistim pemeliharaan mesin meliputi rencana inspeksi
dan perbaikan secara periodik. Biaya pembuatan atau modal awal dapat dikurangi
bila bagian pemeliharaan dapat memberikan informasi-informasi yang baik
tentang masalah-masalah servis mesin/peralatan, pemasangan unit-unit cadangan
dapat dibuat optimal. Selanjutnya dilakukan standarisasi jenis mesin dan suplier
dan juga meningkatkan mutu barang tanpa menambah biaya hingga modal dapat
dihemat dan juga biaya-biaya pemeliharaan selanjutnya.
3. Sistim Pemeliharaan Ulang (corrective maintenance).
Hal yang dilakukan dalam kegiatan pemeliharaan ulang umumnya terjadi pada
peralatan atau mesin yang telah lama beroperasi, misalnya setelah beberapa tahun
pemeliharaan rutin dilaksanakan di pabrik, dari data inspeksi yang telah dilakukan
akan diketahui umur serta biaya dari masing-masing peralatan, kemudian dapat
ditentukan prioritas unit yang harus segera diperbaiki. Ini akan menjadikan
prosedur perbaikan yang baik untuk dapat meminimalkan waktu yang dipakai
untuk pekerjaan pemeliharaan rutin. Umumnya jika proses pemeliharaan ulang
telah berjalan baik, maka tidak diperlukan mesin atau peralatan cadangan karena
kondisi masing-masing mesin/peralatan sudah lebih terjamin.
4. Sistim Pemeliharaan Produktif
Dari beberapa sistem pemeliharaan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan
bahwa makin tinggi efisiensi makin tinggi pula keuntungan yang akan diperoleh,
maka bila efisiensi yang tinggi tersebut belum memberi keuntungan yang
diinginkan, maka perlu dipikirkan konsep baru yang lain. Dewasa ini pola
pemeliharaan prediktif dianggap lebih efektif dan efisien jika jam operasi pada
peralatan tersebut masih dalam petunjuk pabrikan, jika jam operasi sudah
terpenuhi maka peralatan harus diganti. Jika pergantian peralatan yang jam
operasinya telah terpenuhi tidak dilakukan, dikhawatirkan kerusakan yang lebih
parah akan terjadi dan menimbulkan kerugian yang lebih besar.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM PEMELIHARAAN
Supaya optimalisasi laba dapat tercapai melalui sistem pemeliharaan ada beberapa faktor
yang perlu diperhatikan dalam mendesain sistem tersebut, antara lain:
a. Ruang lingkup pekerjaan. 41
Untuk tindakan yang tepat, pekerjaan yang dilakukan perlu diberi petunjuk atau
pengarahan yang lengkap dan jelas. Pengadaan gambar-gambar atau skema dapat
membantu dalam melakukan pekerjaan.
b. Lokasi pekerjaan.
Lokasi pekerjaan yang tepat dimana tugas dilakukan, merupakan informasi yang
mempercepat pelaksanaan pekerjaan. Penunjukan lokasi akan mudah dengan memberi
kode tertentu, misalnya nomor gedung, nomor departemen dllsb.
c. Prioritas pekerjaan.
Prioritas pekerjaan harus dikontrol sehingga pekerjaan dilakukan sesuai dengan urutan
yang benar. Jika suatu mesin mempunyai peranan penting, maka perlu memberi mesin
tersebut prioritas utama.
d. Metode yang digunakan.
“Membeli kemudian memasang” sangat berbeda artinya dengan “membuat kemudian
memasang”. Meskipun banyak pekerjaan bisa dilakukan dengan berbagai cara, namun
akan lebih baik jika penyelesaian pekerjaan tersebut dilakukan dengan metode yang
sesuai dengan keahlian yang dipunyai.
e. Kebutuhan material.
Apabila ruang lingkup dan metode kerja yang digunakan telah ditentukan, maka biasa
diikuti dengan adanya kebutuhan material. Material yang dibutuhkan ini harus selalu
tersedia.
f. Kebutuhan keahlian.
Keahlian yang dimiliki seorang pekerja akan memudahkan dia bekerja.
g. Kebutuhan tenaga kerja.
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan harus ditentukan
untuk setiap jenis keahlian. Hal ini berguna dalam ketetapan pengawasannya.
F. MANFAAT DAN KELEMAHAN DARI SISTEM PEMELIHARAAN YANG
DIRENCANAKAN
Sistem pemeliharaan terhadap peralatan/fasitas khususnya mesin akan memberi manfaat
yang besar bagi perusahaan antara lain:
a. Kesiapan fasilitas dalam kegiatan operasional lebih baik, karena kerusakan yang
terjadi pada peralatan bisa berkurang karena adanya sistem perawatan yang baik dan
teratur. Begitu juga untuk pengadaan suku cadang yang dibutuhkan akan lebih
terkontrol dan akan selalu tersedia bilamana dibutuhkan.
b. Pelayanan yang sederhana dan teratur dapat mengurangi kemacetan produksi, lebih
cepat dan murah daripada memperbaiki kerusakkan yang terjadi secara tiba-tiba.
c. Pengelolaan dan pelayanan perawatan yang terencana dapat menjaga kesinambungan
hasil industri dengan kualitas dan efisiensi yang tinggi.
d. Pemanfaatan tenaga kerja lebih besar dan efektif, dimana frekuensi pekerjaan
perawatan yang direncanakan dapat merata dalam setahunnya, sehingga penumpukan
tugas perawatan akan terkurangi dan pada akhirnya cara kerja perawatan yang positif
akan menciptakan suasana kerja yang penuh dedikasi dan tanggung jawab. 42
Sedangkan kelemahan-kelemahan yang akan timbul dari kegiatan yang direncanakan
adalah seperti :
a. Adanya perasaan mendapat tugas tambahan untuk melakukan perawatan pada saat
sistem ini diterapkan.
b. Perlu melakukan input data semua peralatan yang ada dalam suatu database, untuk
dicatat dan diolah dalam sistem untuk perencanaan pemeliharaan yang akan datang.
Solusi yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan diantaranya dengan
menciptakan suasana untuk merasa memiliki sehingga dengan sendirinya beban dan
tanggungjawab yang ada tidak merupakan penghalang untuk dapat bekerja dan melakukan
inovasi yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan.
G. KESIMPULAN
Untuk dapat melaksanakan kegiatan pemeliharaan peralatan dengan cara yang
benar, diperlukan sistem manajemen perawatan. Sistemnya dapat dengan cara manual
ataupun dengan cara komputerisasi. Salah satu tujuan dari sistem manajemen perawatan
adalah operasi dan pekerjaan yang baik.
Manfaat yang akan didapat dari pelaksanaan manajemen pemeliharaan terhadap
mesin-mesin khususnya adalah terjaganya suatu kondisi atau standar yang dapat diterima
atau dibutuhkan untuk menjaga semua fasilitas dalam kondisi siap pakai sehingga
menciptakan kegiatan yang terencana untuk mendapatkan optimalisasi laba.
Manajemen pemeliharaaan mengutamakan pencapaian efiisiensi, tetapi dalam
penerapannya pemeliharaan dapat diterapkan jika jam operasi peralatan tersebut masih
dalam petunjuk pabrikan, jika sudah memenuhi jam operasi maka peralatan tersebut harus
diganti, karena telah dilakukan test oleh pabrikan. Jika hal ini tidak dilakukan dikwatirkan
kerusakan yang lebih parah akan terjadi dan kerugian lebih besar.
Oleh sebab itu maka tidak seluruh peralatan dilakukan pemeliharaan, ada kalanya
suatu komponen sebaiknya diganti saja berdasarkan jam operasi. Jika dilakukan
pemeliharaan malah merugikan.
43
MAHASISWA TEKNIK MESIN UMAHA
Minggu, 15 Maret 2015
Desain Eksperimen
I. PENGERTIAN
Desain ekperimen (experimental design) merupakan desain studi dimana peneliti dapat menciptakan lingkungan/ kondisi tiruan, mengontrol beberapa variabel dan memanipulasi variabel bebas untuk membuktikan hubungan sebab akibat.
Desain experiment terbagi atas dua kategori yaitu: eksperimen lab (lab experiments), dan eksperimen lapangan (fields experiments). Eksperimen lab (lab experiments) merupakan desain eksperimen yang diatur dalam suatu lingkungan tiruan dimana kontrol dan manipulasi diberikan untuk membuktikan hubungan sebab akibat di antara variabel yang diminati peneliti. Sementara eksperimen lapangan (fields experiments) merupakan eksperimen yang dilakukan untuk mendeteksi hubungan sebab akibat dalam lingkungan alami dimana peristiwa terjadi secara normal.
II. EKSPERIMEN LAB
Jika hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan terikat ingin dibuktikan dengan jelas, maka semua variabel lain yang mungkin mencemari atau mengacaukan hubungan tersebut harus dikontrol dengan ketat.
Kontrol dan manipulasi paling baik dilakukan dalam situasi buatan (laboratorium), di mana pengaruh klausal dapat diuji. Jika kontrol dan manipulasi dilakukan untuk membuktikan hubungan sebab-akibat dalam suatu situasi buatan, maka kita mempunyai desain eksperimen laboratorium yang dikenal juga sebagai eksperimen lab.
Karena digunakan istilah control dan manipulasi maka marilah kita menelaah arti dari kedua konsep tersebut:
- Kontrol
Ketika kita merumuskan hubungan sebab-akibat antara dua variabel X dan Y, adalah mungkin bahwa suatu faktor, misalnya A, juga mempengaruhi variabel terikat Y. Dalam hal tersebut, adalah mustahil untuk menentukkan tingkat di mana Y hanya terjadi karena X, karena kita mengetahui seberapa besar total variasi Y disebabkan oleh kehadiran faktor A.
- Manipulasi Variabel Bebas
Dalam menguji pengaruh kausal dari variabel bebas terhadap variabel terikat, diperlukan menipulasi data. Manipulasi secara sederhana berarti bahwa kita membuat tingkat yang berbeda pada variabel bebas untuk menilai dampak pada variabel terikat. Menipulasi variabel bebas juga disebut perlakuan (treatment), dan hasil perlakuan disebut pengaruh perlakukan (treatment effect).
a. Mengontrol Variabel “Pengganggu” yang Mencemari
Dalam mengontrol variabel “pengganggu” yang mencemari suatu penelitian dapat dilakukan dua cara berikut, yatu:
- Memadankan Kelompok
Memadankan atau menjodohkan (matching) merupakan metode dalam mengontrol faktor yang diketahui mencemari dalam suatu studi ekperimen, dengan secara sengaja menyebarkannya bersama-sama di seluruh kelompok eksperimental dan kontrol agar tidak mengacaukan hubungan sebab akibat. Dalam metode ini, berbagai karakteristik yang mengacaukan di kelompokkan dan secara sengaja disebarkan kedalam semua kelompok. Karena faktor yang diduga mencemari disebarkan ke semua kelompok, dapat dikatakan bahwa variabel X sendirian menyebabakan variabel Y. namun, dalam hal ini kita tidak yakin bahwa kita telah mengontrol semua faktor pengganggu, karena kita mungkin tidak menyadarai semuanya sehingga taruhan yang lebih aman adalah randomisasi.
- Randomisasi
Randomisasi merupakan proses mengontrol variabel pengganggu (nuisance variable) dengan secara acak menempatkan anggota di antara beberapa kelompok ekperimen dan kontrol, sehingga variabel yang mengacaukan secara acak dibagi ke seluruh kelompok. Dalam randomisasi, proses di mana orang yang ditarik (yaitu, setiap orang mempunyai peluang yang diketahui dan sama untuk ditarik) dan penempatan mereka dalam kelompok mana pun (tiap orang bisa ditempatkan ke dalam kelompok manapun) adalah acak. Dengan menempatkan anggota ke dalam kelompok secara acak, kita akan mendistribusikan variabel pengacau di antara kelompok secara sama.
Proses randomisasi secara ideal akan memastikan bahwa tiap kelompok diperbandingkan dengan lainnya, dan bahwa semua varibel, termasuk semua pengaruh usia, gender, dan pengalaman sebelumnya dikontrol.
- Manfaat Randomisasi
Perbedaan antara pemadanan dan randomisasi adalah bahwa dalam kasus pertama individu secara sengaja dan sadar disesuaikan untuk mengontrol perbedaan di antara anggota kelompok., sedangan dalam kasus terakhir, kita berhaarap bahwa proses randomisasi akan mendistribusiakn ketdaksamaan anatara kelompok berdasarkan hukum distribusi normal. Dengan demikian, kita tidak perlu secara khusus merisaukan faktor pencemar apa pun yang diketahui atau tidak diketahui.
Dibandingkan dengan randomisasi, pemadaman mungkin kurang efektif karena kita mungkin tidak mengetahui semua faktor yang mungkin dapat mencemari hubungan sebab akibat dalam situasi yang dihadapi, dan karena itu kegagalan dalam memadankan beberapa faktor penting diseluruh kelompok ketika mengadakan eksperimen. Tetapi, randomisasi akan menyelesaikan masalah tersebut., karena semua faktor pencemar akan disebarkan ke seluruh kelompok. Selain itu, jika kita mengetahui variabel yang mengacaukan, kita mungkin tidak mampu menemukan suatu kecocokan untuk semua variabel tersebut. Dengan demikian desain eksperimen lab melibatkan control terhadap variabel pencemar melalui proses pemadanan atau randomisasi dan manipulasi perlakuan.
III. EKSPERIMEN LAPANGAN
Eksperimen lapangan adalah eksperimen yang dilakukan dalam lingkungan alami di mana pekerjaan dilakuan sehari-hari, namun kepada satu atau lebih kelompok diberikan perlakuan tertentu. Dalam eksperimen lapangan meskipun mungkin mustahil untuk mengontrol semua variabel penganggu karena anggota tidak dapat ditempatkan dalam kelompok secara acak, atau cocok, perlakuan tetap dapat dimanipulasi. Kelompok kontrol bisa diatur dalam eksperimen lapangan. Kelompok eksperimen dan kontrol dalam eksperimen lapangan bisa terdiri dari orang-orang yang bekerja di beberapa pabrik dalam radius yang sama, atau lainnya.
IV. VALIDITAS INTERNAL DAN VALIDITAS EKSTERNAL
Validitas internal merupakan validitas yang mengacu pada tingakt keyakinan kita tentang pegnaruh kausal yaitu, bahwa variabel X menyebabkan variabel Y) sementara validitas eksternal mengacu pada tingkat generalisasi dari hasil sebuah studi kausal pada situasi, orang, atau validitas lain.
Ekperimen lapangan mempunyai validitas eksternal yang lebih tinggi (karena hasilnya lebih dapat digeneralisasi pada situasi organisasi lainnya), namun mempunyai validitas internal yang lebih rendah (karena kita tidak bisa yakin mengenai sampai tingkat apa variabel X sendirian menyebabkan variabel Y).
Berbanding terbalik dengan eksperimen lapangan, eksperimen lab memiliki validitas internal yang lebih tinggi dan validitas eksternal rendah. Dalam eksperimen lab kita bisa yakin bahwa variabel X menyebabkan variabel Y karena kita dapat mengontrol variabel asing lain yang mencemari, namun mempunyai beberapa variabel yang dikontrol dengan sangat ketat untuk membuktikan hubungan sabab akibat sehingga tidak mengetahui sampai tingat apa hasil studi dapat digeneralisasikan pada situasi lapangan. Karena situasi lab tidak dapat mencerminkan “dunia nyata” kita tidak dapat mengetahui sampai tingkat apa temuan lab secara valid mewakili realitas dunia luar.
Tedapat trade off antara validitas internal dan eksternal. Bila peneliti menginginkan validitas internal yang tinggi maka sebaiknya bersedia menetukan validitas eksternal yanglebih rendah dan sebaliknya. Untuk memastikan kedua jenis validitas, peneliti biasanya mencoba menguji hubungan kausal dalam suatu situasi lab atau buatan yang dikontrol secara ketat dan setelah hubungan dibuktikan dengan mencoba menguji hubungan kausal dalam eksperimen lapangan.
Desain eksperimen lab dalam bidang manajemen sejauh ini dilakukan untuk menilai, diantaranya perbedaan gender dalam gaya kepemimpinan, bakat manajerial dan sebagainya. Tetapi meskipun demikian, perbedaan gender dan faktor lain yang ditemukan dalam situasi lab sering kali tidak ditemukan dalam studi lapang (Osborn & Vicars, 1976). Maslah validitas ekternal biasanya membatasi penggunaan eksperimen lab dalam bidang manajemen sehingga eksperimen lapangan pun jarang dilakukan karena munculnya konsekuensi yang tidak diharapkan, misalnya karyawan menjadi curiga, adanya persaingan, dan kecemburuan yang timbul antardepartemen dan sebagainya.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Validitas Internal
Validitas internal eksperimen lab dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor pencemar yang masih ada yang bisa memberikan penjelasan saingan mengenai apa yang menyebabkan variabel terikat. Faktor pencemar yang mungkin ada ini merupakan ancaman untuk validitas internal. Tujuh ancaman utama pada validitas internal adalah :
1. Pengaruh Sejarah
Peristiwa atau faktor tertentu yang berdampak pada hubungan variabel bebas dan variabel terikat mungkin muncul tanpa diduga sementara ekperimen dilakukan, dan sejarah peristiwa tersebut akan mengacaukan hubungan sebab akibat antara kedua variabel, sehingga mempengaruhi validitas internal. Misalnya, katakanlah bahwa manajer sebuah Devisi Produk Susu ingin menguji pegaruh promosi penjualan “beli satu, gratis satu” terhadap penjualan merek keju milik perusahaan, selama seminggu. Dengan teliti ia mencatat penjualan keju selama dua minggu sebelumnya untuk menilai pengruh promosi. Namun, tepat ketika ia melakukan promosi penjualannya. Asosiasi petani susu secara tidak terduga meluncurkan sebuah iklan multimedia mengenai manfaat mengkonsumsi produk susu, terutama keju. Penjualan semua produk susu, termasuk keju, meningkat disemua toko, termasuk eksperimen sedang dilakukan. Dalam hal ini, karena iklan yang tidak terduga tersebut, seorang tidak dapat memastikan seberapa kenaikan penjualan keju yang diteliti disebabkan oleh promosi penjualan dan seberapa yang disebabkan oleh iklan asosiasi petani susu! Pengaruh sejarah telah mempengaruhi validitas atau keyakinan pada kesimpulan bahwa promosi penjualan menyebabkan kenaikan penjualan.
2. Pegaruh Matursi
Kesimpulan sebab-akibat dapat dicemari oleh pengaruh penjualan waktu variabel lain yang tidak bisa dikontrol. Pencemaran tersebut disebut pengaruh matusari (maturation effect). Pengaruh matusari merupakan sebuah fungsi dari proses biologis dan pisikologis yang berlaku dalam responden sebagai hasil dari perjalanan waktu. Contoh proses maturasi bisa meliputi pertambahan usia, kelelahan, rasa lapar dan kebosanan. Dengan kata lain, terdapat pengaruh maturasi pada variabel terikat dan murni karena perjalan waktu. Misalnya, katakanlah bahwa seorang direktur litbank (R & D) berpendapat bahwa kenaikan efisiensi pekerja akan dihasilkan dalam waktu tiga bulan jika teknologi caggih yang diterapkan dalam situasi kerja. Bila pada akhir pada tiga bulan tersebut kenaikan efisiensi bener-bener ada akan sulit akan menyatakan bahwa teknologi canggih (dan itu hanya satu-satunya) meningkatkan efisiensi kerja karena seiring dengan perjalalan waktu, pengalaman karyawan juga bertambah, yang menghasilkan kinerja yang lebih baik dan karena itu meningkatkan efisiensi dengan demikian, validitas internal juga berkurang karena matusari sehingga sulit untuk menentukan berapa banyak kenaikan yang dapat dikaitkan dengan penerapan teknologi canggih tersebut.
3. Pengaruh Pengujian
Sering kali, untuk menguji sebuah perlakuan, subjek di beri apa yang disebut prates (Pra test misalnya sebuah kuesioner singkat untuk mengungkapkan perasaan mereka). Yaitu, pertama-tama dilakukan pengukuran variabel terikat (pratest), kemudia perlakuan diberikan, dan setelah itu tes kedua, disebut pascates(posttest), diadakan. Perbedaan antara skor prates dan pascates kemudian dihubungkan dengan perlakuan, tetapi, ketika responden diberi prates, hal tersebut mungkin mempengarui respons mereka dalam pascates, yang akan berdampak merugikan terhadap validitas internal.
Misalnya, jika pekerjaan yang menantang diduga menyebabkan peningkatan kepuasan kerja, dan sebuah prates menganai kepuasan kerja dilakukan untuk menanyakan tingkat kepuasan kerja karyawan terhadap pekerjaan mereka saat ini. Hal tersebut mungkin membuat mereka peka terhadap isu kepuasan kerja. Ketika sebuah pekerjaanmenantang diperkenalkan dan sesudahnya diberikan kuesioner kepuasan keja lebih lanjut, responden sekarang mungkin bereaksi dan merespons pascates dengan bingkai referensi yang berbeda disbanding jika mereka semula tidak dibuat peka terhadap isu kepuasan kerja melalui prates.
Jenis kepekaan melalui pengujian sebelumnya disebut pengaruh pengujian (testing effect), yang juga mempengaruhi validitas internal desain eksperimen.Dalam kasus diatas, meskipun peningkatan kepuasan kerja secara logis dapat di ukur melalui pra dan pascates, prates dapat mengacaukan hubungan sebab akibat dengan membuat responden peka terhadap pascates. Dengan demikian,pengaruh pengujian merupakan ancaman lain bagi validitas internal.
4. Pengaruh instrumentasi
Pengaruh instrumentasi adalah ancaman lain untuk validitas internal. Hal tersebut bisa muncul karna perubahan dalam instrumentasi pengiukuran antara prates dan pascarataes, dan bukan karena perbedaan dampak perlakuan bisa memulai dengan berkonsentrasi pada seperangkat prilaku kini nerubah dan tidak akan mencerminkan perubahan prilaku yang dapat dihubungkan dengan perlakuan. Hal ini juga berlaku dalam kasus instrumensi pengukuran fisik seperti keseimbingan pegas atau instrument lain yang dikalibrasi dengan baik yang mungkin kehilangan akurasinya karena penggunaan terus menerus, yang menghasilkan keslahan pengkuran akhir.
Dalam organisasi, pengaruh instrumensi dalam desain eksperimen adalah mungkin jika peneliti melakukan prates, memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen, dan manajer yang berbeda melakukan pascates untuk mengukur kinerja. Seorang manajer kedua mungkin juga menghitung jumlah barang cacat, dan manjer ketiga mempertimbangkan jumlah sumber daya yang dihabiskan untuk menyelesaikan pekerjaan! Dalam hal ini, ada setidaknya tiga instrument pengukuran yang berbeda. Jika kita memperlakukan tiap manajer sebagai sebuah instrument pengukuran kinerja. Dengan demikian pengaruh instrumentasi juga merupakan ancaman bagi validitas internal dalam desain eksperimen.
5. Pengaruh bias seleksi
Ancaman pada validitas internal juga bisa berasal dari seleksi subjek yang tidak tepat atau tidak cocok untuk kelompok eksperimen dan kontrol. Contohnya, jika suatu eksperimen lab diadakan untuk menilai dampak lingkungan kerja terhadap sikap kerja karyawan, dan jika salah satu kondisi eksperimen adalah mempekerjakan subjek selama 2 jam di dalam ruangan yang berbau busuk, seorang peneliti yang etis mungkin memberitahukan kondisi tersebut kepada calon subjek, yang dapat menolak berpartisipasi dalam studi. Tetapi, sejumlah sukarelawan dapat dipikat dengan insentif (katakanlah $70 untuk 2 jam partisipasi dalam studi). Para sukarelawan yang dipilih mungkin agak berbeda dar orang lain (karena mereka mungkin datang dari lingkungan yang berbeda) dan respons subje dapat mencemari hubungan sebab-akibat dan juga merupakan ancaman yag tidak dapat memenuhi kriteria kelompok kontrol akan menjadi ancaman bagi validitas internal dalam jenis eksperimen tertentu.
6. Pengaruh regresi statistik.
Pengaruh regresi statistik muncul jika anggota yang terpilih untuk kelompok eksperimen mempunyai skor awal yang ekstrem pada variabel terikat. Misalnya, jika seorang manajer ingin menguji apakah ia dapat meningkatkan “kepandaian menjual” dari personalia penjualan melalui jenis program Dale Carnigie, ia sebaiknya tidak memilih mereka dengan kemampuan yang sangat rendah atau sangat tinggi untuk eksperimen. Hal tersebut karena kita tahu dari hukum probabilitas bahwa mereka dengan skor yang sangat rendah pada suatu variabel mempunyai probabilitas lebih besar untuk menunjukan peningkatan dan pecapaian skor yang mendekati rata-rata pada pasctes setelah diberi perlakuan tertentu. Fenomena pemilim skor rendah yang cenderung mencapai skor yang mendekati rata-rata hitung dikenal sebagai “regresi menuju mean”. Demikian pula, mereka dengan kemampuan sangat tinggi juga akanmenujukan kecenderungan lebih besar untuk mundur menuju mean, mereka akan mecapai skor lebih rendah pada pascates dibanding prates. Dengan demikian mereka yang berada di salah satu akhir kontinum yang berkaitan dengan sebuah variabel tidak akan “benar-benar” mencerminkan hubungan sebab-akibat. Jadi fenomena regresi statistic juga merupakan ancaman terhadap validitas internal.
7. Pengaruh Mortalitas
Faktor pengacau lain pada hubungan seb-akibat adalah mortalitas atau pengurangan anggota dalam kelompok eksperimen, control, atau keduanya, saat eksperimen berlangsung. Bila komposisi kelompok menjadi sulit, karena mereka yang keluar dari eksperimen mungkin mengacaukan hasil.
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Validitas Eksternal
Sementara validitas internal memunculkan pertanyaan mengenai apakah perlakuan semata atau sejumlah faktor asing lainnya yang menyebabkan pengaruh, validitas eksternal mengangkat isu mengenai generalisasi temuan pada situasi lain. Misalnya, sampai tingkat mana situasi eksperimen berbeda dari situasi dimana temuan digeneralisasikan langsung berhubungan dengan tingkat ancaman terhadap validitas eksternal. Sebagai ilustrasi, subjek dalam sebuah eksperimen lab bisa diberi pra-tes dan pasca-tes. Tetapi, temuan temuan tersebut tidak dapat digeneralisasikan pada dunia organisasi, dimana pra-tes yang diikuti pasca-tes jarang diberikan kepada karyawan. Dengan demikian, pengaruh perlakuan tidak akan sama di lapangan, dan validitas eksternal berkurang. Ancaman lain adalah seleksi subjek. Dalam situasi lab, jenis subjek yang dipilih untuk eksperimen bisa sangat berbeda dari jenis karyawan yang direkrut oleh organisasi. Contohnya, mahasiswa sebuah universitas mungkin diberi suatu tugas yang dapat dimanupulasi untuk mempelajari pengaruhnya pada kinerja mereka. Namun, temuan dari eksperimen tidak dapat digenerelisasikan pada dunia kerja nyata, di mana karyawan dan sifat pekerjaan akan sangat berbeda. Jadi, seleksi subjek dan selekksinya dengan perlakuan juga akan merupakan suatu ancaman bagi validitas ekstenal. Itu barusejumlah faktor yang membatasi generalisasi. Validitas eksternal yang maksimal diperoleh dengan memastikan bahwa, sedapat mungkin kondisi eksperimen lab sedekat dan secocok mungkin dengan situasi dunia nyata. Dalam hal ini, eksperimen lapangan mempunyai validitas eksternal yang lebih besar dibanding eksperimen lab. Yaitu, pengaruh perlakuan dapat digeneralisasikan pada situasi lain yang mirip dengan situasi dimana eksperimen lapangan dilakukan.
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Validitas Internal dan Eksternal
Terhadap tujuh faktor pencemar yang dapat memengaruhi validitas internal desain eksperimen. Faktor tersebut adalah pengaruh sejarah, maturasi, pengujian, instrumentasi, seleksi, regresi startistik, dan mortalitas. Tetapi, adalah mungkin untuk mengurangi bias tersebut dengan meningkatkan kecanggihan desain eksperimen. Meskipun sejumlah desain yang lebih canggih, yang di bahas di bawah ini akan meningkatkan validitas internal dari hasil eksperimen, hal tersebut juga mahal dan memakan waktu.
Ancaman terhadap validitas eksternal bisa diatasi dengan menciptakan kondisi eksperimen sedekat mungkin dengan situasi da mana hasil eksperimen akan digeneralisasikan. Untuk pembahasan lebih jauh mengenei validitas, lihat Cook dan Campbell (1979b).
V. JENIS DESAIN EKSPERIMEN DAN VALIDITAS INTERNAL
Semakin singkat rentang waktu eksperimen, semakin kecil kemungkinan menghadapi pengaruh sejarah, maturasi, dan mortalitas. Eksperimen yang berlangsung satu atau dua jam biasanya tidak menemui kendala dalam hal tersebuttetapi jika eksperimen dilakukan selama periode cukup lama, katakan lah beberapa bulan, kemungkinan akanmenghadapi lebih banyak faktor penggangu meningkat. Beberapa desain eksperimen yang umum digunakan dan menentukan tingkat keandalannya terhadap tujuh faktor yang dapat mencemari validitas internal dari hasil eksperimenadalah sebagai beriku:
1. Desain Eksperimen Semu
Sejumlah studi memberikan perlakuan kepada sebuah kelompok eksperimen dan mengukur pengaruhnya. Desain eksperimen semacam itu adalah yang terlemah dari semua desain, dan hal tersebut tidak mengukur hubungan sebab-akibat yang sebenarnya karena tidak ada perbandingan antarkelompok, atau pun catatan mengenai status variabel terikat sebelum perlakuan eksperimen dan bagaimana hal tersebut berubah setelah perlakuan. Dalam ketiadaan kontrol seperti itu, studi tidak mempunyai nilai ilmiah dalam menentukan hubngan sebab-akibat. Karna itu, desain tersebut disebut sebagai desain eksperimen semu (quasi-experimental design). Berikut ini adalah dua desain eksperimen semu.
2. Prates dan Pascates Desain Kelompok Eksperimen
Pada suatu kelompok eksperimen (tanpa kelompok kontrol ), kita bisa melakukan prates, memberi perlakuan, dan kemudian mengadakan pascates untuk mengukur pengaruh perlakuan.
Di mana O mengacu pada beberapa proses pengamatan atau pengukuran, X mewakili pemberian perlakuan eksperimen pada sebuah kelompok, serta X dan O pada baris diterapkan pada kelompok spesifik yang sama. Dalam hal ini, pengaruh perlakuan bisa diperoleh dengan mengukur perbedaan antara prates dan pascates (O2-O1). Namun, perhatikan bahwa pengaruh pengujian dan instrumentasi dapat mencemari validitas internal. Jika eksperimen dilakukan selama periode waktu, pengaruh sejarah dan matusari juga mungkin mengacaukan hasil.
3. Kelompok Eksperimen dan Kontrol Hanya dengan Pascates
Sejumlah desain eksperimen direncanakan dengan kelompok eksperimen dan kontrol, yang pertama diberi perlakuan, dan yang terakhir tidak. Pengaruh perlakuan dipelajari dengan menilai perbedaan hasil yaitu, skor pascates kelompok eksperimen dan kontrol .
Ini adalah kasus dimana pengaruh pengujian diatasi karena tidak ada prates, hanya pascates. Namun, perhatian harus diberikan untuk memastikan bahwa kedua kelompokmengalami pemadananuntuk semua kemungkinan faktor “pengganggu” yang mencemari. Sebaliknya, pengaruh perlakuan sebaliknya tidak dapat ditentukan hanya dengan melihat perbedaan skor pascates kedua kelompok. Randominasiakan mengatasi masalah tersebut. Ada sekurangnya dua kemungkinan ancaman terhadap valididas dalam desain ini, jika kedua kelompok tidak cocok atau tidak ditempatkan secara acak bias seleksi (selection biases) dapat mencemari hasil. Yaitu, perrbedaan rekrutmen orang yang membentuk kedua kelompok akan mengacaukan hubungan sebab-akibat. Mortalitas (keluarnya indivindu dari kelompok) juga bisa mengacaukan hasil, dan dengan demikian merupakan ancaman terhadap validitas internal.
Ini adalah kasus dimana pengaruh pengujian diatasi karena tidak ada prates, hanya pascates. Namun, perhatian harus diberikan untuk memastikan bahwa kedua kelompokmengalami pemadananuntuk semua kemungkinan faktor “pengganggu” yang mencemari. Sebaliknya, pengaruh perlakuan sebaliknya tidak dapat ditentukan hanya dengan melihat perbedaan skor pascates kedua kelompok. Randominasiakan mengatasi masalah tersebut. Ada sekurangnya dua kemungkinan ancaman terhadap valididas dalam desain ini, jika kedua kelompok tidak cocok atau tidak ditempatkan secara acak bias seleksi (selection biases) dapat mencemari hasil. Yaitu, perrbedaan rekrutmen orang yang membentuk kedua kelompok akan mengacaukan hubungan sebab-akibat. Mortalitas (keluarnya indivindu dari kelompok) juga bisa mengacaukan hasil, dan dengan demikian merupakan ancaman terhadap validitas internal.
4. Desain Eksperimen Murni
Desain eksperimen, yang meliputi perlakuan, kelompok kontrol, dan merekam informasi sebelum dan sesudah kelompok eksperimen diberiperlakuan, disebut desain eksperimen ex post facto (ex post facto experimental designs).
- Pra dan Pascates Desain Keloompok Eksperimen dan Kontrol
Kedua kelompok eksperimen dan kontrol sama-sama mengalami prates dan pascates. Satu-satunya perbedaan antara kedua kelompok adalah bahwa yang pertama diberi perlakuan, sedangkan yang terakhir tidak. Mengukur perbedaan antara skor prates dan pascates kedua kelompok akan menunjukan pengaruh netto dari perlakuan. Kedua kelompok diberi prates dan pascates, dan kedua kelompok telah diacak; dengan demikian kita bisa berharap bahwa pengaruh sejarah, matusari, pengujian, dan instrumentasi telah dikontrol. Hal ini berdasarkan fakta bahwa apa pun yang tejadi dengan kelompok eksperimen (misalnya, matusari, sejarah, pengujian, dan instrumentasi)juga terjadi pada kelompok kontrol, dan dalam mengukur pengaruh netto (perbedaan antara skor pra dan pascates) kita telah mengontrol faktor yang mencemari, melalui proses randominasi, kita pun mengontrol pengaruh bias seleksi dan regresi statistic. Namun, mortalitas bisa menjadi masalah dalam desain ini. Dalam eksperimen yang berlangsung beberapa minggu, seperti dalam kasus menilai dampak pelatihan pada pengembangan keterampilan, atau mengukur dampak kemajuan teknologi terhadap efektivitas, beberapa subjek dalam kelompok mungkin keluar, sebelum eksperimen selesai. Adalah mungkin bahwa mereka yang keluar berbeda dalam hal tertentudengan mereka yang tinggal hingga akhir dan mengikuti pascates. Jikabegitu, mortalitas bisa memberikan penjelasan saingan yang masuk akal atas perbedaan antara O2 dan O1.
- Desain Empat Kelompok Solomon
Untuk memperoleh validitas internal yang lebih tinggi dalam desain eksperimen, disarankan untuk merencanakan dua keompok eksperimen dan dua kelompok kontrol untuk eksperimen. Satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol bisa diberi prates dan pascates.
Desain Empat Kelompok Solomon dan Ancaman Terhadap Validitas Internal
Meringkas ancaman terhadap validitas internal yang terdapat dalam desain eksperimen yangb berbeda. Bila semua subjek ditempatkan secara acak dalam kelompok, maka bias seleksi dan regresi statistik dihilangkan dalam semua kasus. Ancaman Utama pada Validitas Internal dalam Desain Eksperimen yang Berbeda jika Anggota Dipilih dan Ditempatkan secara Acak.
Jenis Desain Eksperimen
|
Ancaman Utama pada Validitas Internal
|
Pra test dan pasca test dengan hanya satu kelompok eksperimen
|
Penguji, sejarah mutasi
|
Pasca test dengan hanya satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol
|
Maturasi
|
Pra tes dan pasca test dengan satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol
|
Mortalitas
|
Desain empat kelompok solomon
|
Mortalitas
|
Studi Buta Berganda
Jika ketelitian dan keketatan ekstrem diperlukan dalam desain eksperimen seperti dalam kasus penemuan obat baru yang dapat berdampak pada kehidupan manusia, studi buta dilakukan untuk menghindari bias yang mungkin timbul. Misalnya, perusahaan farmasi yang menyelidiki kemanjuran obat yang baru dikembangkan dalam tahap prototif memastikan bahwa subjek dalam kelompok eksperimen dan kontrol tetap tidak menyadari siapa yang memberikan obat,dan siap yang palsu (placebo). Studi semacam itu disebut studi buta (blind studies).
Jika Aviron menguji dan mengumumkan vaksin flu-mist, subjek dan peneliti yang memberikan vaksin kepada mereka sama-sama tidak menyadari perlakuan “sebenarnya” versus “imajiner.” Seluruh proses dilakukan oleh agensi peneliti luar yang hanya mengetahui siapa memperoleh perlakuan apa. Karena, baik peneliti maupun subjek tidak mengetahui yang sebenarnya, studi tersebut disebut studi buta bertanda (double-blind studies). Karena tidak ada gangguan perlakuan dalam hal apapun, studi eksperimen ini merupakan yang paling tidak bisa.
Sebagaimana disebutkan sebalumnya, manajer jarangmelakukan studi hubungan sebab-akibat dalam organisasi dengan menggunakan desain eksperimen karena ketidaknyamanan dan gangguan yang ditimbulkannya pada system.
Desain Ex Post Fasto
Hubungan sebab-akibat terkadang dibuktikan melalui apa yang disebut desain ex pos fasto. Di sini,tidak ada manipuasi variabel bebas dalam situasi lab atau lapangan, namun subjek yang telah diberi stimulus dan mereka yang tidak diberi, dipelajari. Misalnya, program pelatihan mungkin diperkenalkan dalam sebuah organisasi 2 tahun lebih awal. Sebagian mungkin telah mengikuti pelatihan, sedangkan lainnya belum. Untuk mempelajari pengaruh pelatihan terhadap kinerja, data kinerja kedua kelompok bisa dikumpulkan sekarang. Karena studi tidak segera dilaukan setelah penelitian, tetapi jauh setelah tersebut, hal tersebut merupakan sebuah desain ex post fasto.
Desain eksperimen yang lebih canggih seperti desain yang sepenuhnya acak, desain blok acak, desain kuadrat Latin, dan desain faktorial.
VI. SIMULASI
Alternatif eksperimentasi lab dan lapangan yang saat ini dipergunakan dalam penelitian bisnis adalah simulasi. Simulasi terbagi atas simulasi yang menggunakan teknik membangun model untuk menentukan pengaruh perubahan, dan simulasi berbasis komputer menjadi populer dalam penelitian bisnis. Simulasi dapat dianggap sebagai eksperimen yang dilakukan dalam situasi yang diciptakan secara khusus yang sangat dekat mewakli lingkungan alami dimana kegiatan biasanya berlangsung. Dalam pengertian tersebut, simulasi berada di antara eksperimen lab dan lapangan, sejauh lingkungan diciptakan secara artificial tetapi tidak jauh berbeda dari “realitas” peserta diberi pengalaman dunia nyata selama suatu periode waktu, berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa minggu, dan mereka dapat ditempatkan secara acak kedalam kelompok perlakuan yang berbeda. Jika prilaku manajerial sebagai fungsi dari perlakuan khusus dipelajri, subjek akan diminta untuk bekerja dalam suatu lingkungan yang sangat mirip dengan kantor, berikut meja, kursi, lemari, telpon, dan sebagainya. Anggota secara acak akan memerankan direktur, manajer, karawan, dan seterusnya, dan stimulus yang khusus akan diberikan kepada mereka. Dengan demikian, sementara peneliti akan mempertahankan kontrol atas tugas dan manupulasi, subjek akan dibiarkan bebas bekerija seakan dalam sebuah kantor yang nyata. Intinya, beberapa faktor akan dibangun ke dalam atau digabungkan dalam sistem simulasi dan lainnya dabiarkan bebas berubah (perilaku peserta,dalam aturan main). Data mengenai variabel terikat bisa diperoleh melalui, video tape, rekaman audio, wawancara, atau kuesioner.
Hubungan kausal bisa diuji karena manipulasi dan kontrol adalah mungkin dalam simulasi. Dua jenis simulasu dapat dilakukan yang seru dimana sipat dan waktu peristiwa simulasi sepenuhnya ditentukan oleh peneliti (disebut simulasi eksperimen), dan lainnya (disebut simulasi bebas) di mana rangkaian aktivitas setidaknya setengah diatur oleh reaksi peserta pada beragam stimulus saat mereka berinteraksi satu sama lain. Looking Glas, simulasi bebas yang dikembangkan oleh Lombardo, McCall, dan De Vries (1983) untuk mempelajari gaya kepemimpinan, cukup populer dalam bidang manajemen.
Hubungan sebab-akibat paling baik dibuktikan dalam simulasi eksperimen di mana peneliti memegang kontrol lebih besar. Tetapi,dalam simulasi yang berlangsung beberpa minggu, bisa terjadi tingkat pengurangan anggota yang tinggi. Simulasi eksperimen dan bebas sama-sama mahal, karena menyiptakan kondisi dunia nyata dalam sebuah situasi buatan dan mengumpulkan data selama suatu periode waktu yang panjang melibatkan penggunaan banyak jenis sumber daya. Simulasi dapat dilakukan dalam situasi yang diciptakan secara khusus menggunakan subjek, komputer, dan model matematika. Steufert, Pogash, dan Piasecki (1988), yang menilai kompetensi manajerial melalui simulasi 6 jam denganbantuan komputer, berpendapat bahwa teknologi simulasi mungkin merupakan satu-satunya metode yang layak untuk secara simultan mempelajari beberapa tipe gaya eksekutif. Simulasi berbasis komputer sering dipergunakan dalam bidang akuntansi dan keuangan. Misalnya, efektivitas berbagai prosedur tinjauan analitis dalam menedeteksi kesalahan rekening neraca telah diuji lewat simulasi (Knechel, 1986). Dalam bidang keuangan, manejemen resiko dipelajari melalui simulasi. Simulasi juga dipergunakan untuk memahami hubungan rumit dalam mendanai program pension dan mengambil keputusan investasi yang penting (Perrier & Kalwarski 1989). Adalah mungkin untuk mengubah-ubah beberapa varibel (demografi tenaga kerja, tingkat inflasi, dst.) satu demi satu atau secara serempak dalam model tersebut.
Prototip mesin dan instruman sering merupakan hasil model simulasi. Simulasi juga digunakan oleh banyak perusahaan untuk menguji keandalan dan kemanjuran berbagai produk. Kita juga akrab dengan simulator penerbangan,mobil, dan bahkan reactor nuklir. Dalam hal ini, pola visual yang ditampilkan terus berubah dalam merespons reaksi indivindu (pilot, pengemidi, atau teknisi darurat)terhadap stimulus yang diberikan, dan tidak dalam urutan yang ditetapkan sebelumnya. Seluruh kegiatan bisnis, dari atas ruang kantor hingga profitabilitas, bisa di simulasikan menggunakan scenario yang berbeda. Dengan meningkatnya skseske teknologi canggih, dan kemajuan model matematika, simulasi menjadi alat pembuatan keputusan manajerial yang penting. Sangat mungkin bahwa kita akan melihat simulasi digunakan sebagai alat manajerial untuk meningkatkan motivasi, kepemimpinan, dan semacamnya, di masa depan. Simulasi juga dapat diterapkan sebagai sebuah alat manajerial pengambilan keputusan dalam bidang administratif dan prilaku lainnya. Model simulasi terprogram dan berbasis komputer dalam bidang prilaku bisa sangat membantu mengambil keputusan manajerial.
VII.ISU ETIS DALAM PENELITIAN DESAIN EKSPERIMEN
Adalah tepat pada titik ini untuk membahas secara singkat sedikit dari banyak isu etis yang terlibat dalam melakukan penelitian, yang beberapa di antaranya sangat relevan untuk mengadakan eksperimen lab. Praktik berikut ini dianggap tidak etis:
1. Mendesak orang untuk berpartisipasi dalam eksperimen dengan paksaan, atau menggunakan tekanan sosial.
2. Memberikan tugas kasar dan mengajukan pertanyaan yang merendahkan dan mengurangi harga diri meraka.
3. Menipu subjek dengan secara sengaja menyesatkan mereka terkait penelitian yang sebenarnya.
4. Menimbulkan stress fisik atau mental bagi peserta.
5. Tidak membolehkan subjek mengundurkan diri dari penelitian meskipun mereka ingin.
6. Menggunakan hasil penelitian untuk merugikan peserta, atau tujuan yang tidak mereka inginkan.
7. Tidak menjelaskan prosedur yang berlaku dalam eksperimen.
8. Menempatkan peserta dalam situasi yang berbahaya dan tidak aman seperti kita liat sebelimnya dalam kasus Universitas Johns Hopkins.
9. Tidak mengadakan tanya-jawab dengan peserta secara penuh dan akuratsetelah eksperimen berakhir.
10. Tidak menjaga privasi dan rahasia informasi yang diberikan oleh peserta.
11. Tidak memberi insentif untuk kelompok kontrol.
Poin terakhir agak kontroversial dalam kaitannya dengan apahkah hal tersebut merupakan dilema etis atau tidak, terutama dalam penelitian organisasi. Jika ada tiga insentif berbeda yang ditawarkan kepada tiga kelompok eksperimen, dan tidak ada yang ditawarkan kepada kelompok kontrol, adalah kelompok fakta bahwa kelompok kontrol telah bepartisipasi dalam eksperimen tanpa insentif sedikit pun. Demikian pula, jika empat kelompok eksperimen berbeda menerima empat tingkat pelatihan berbedatetapi kelompok kontrol tidak, keempat kelompok lain memperoleh keahlian yang kelompok kontrol tidak peroleh. Tetapi, haruskah hal tersebut diangap sebagai dilema etis yang mencegah desain eksperimen dengan kelompok kontrol dalam penelitian organisasi? Mungkin tidak, sekurangnya karena tiga alasan. Pertama, adalah bahwa beberapa faktor dalam sistem yang tidak berpartisipasi dalam eksperimen juga tidak memperoleh insentif. Kedua, bahkan dalam kelompok eksperimen, beberapa akan lebih menguntungkan dibanding lainnya (tergantung pada tingkat di mana faktor kausal dimanpulasi). Akhirnya jika hubungan sebab-akibat ditemukan, cepat atau lambat seluruh sistem akan mengimplementasikan pengetahuan baru tersebut dan semua orang pada akhirnya akan mendapatkan manfaat. Asumsi bahwa kelompok kontrol tidak memperoleh manfaat dari partisipasi dalam eksperimen tidak dapat menjadi alasan untuk tidakmenggunakan eksperimen lab atau lapangan.
VIII. IMPLIKASI MANAJERIAL
Sebelum menggunakan desain eksperimen dalam studi penelitian, adalah penting untuk mempertimbangkan apahkah hal tersebut perlu, dan jika demikian, sampai tingkat apa. Hal tersebut penting karena desain eksperimen membutuhkan upaya khusus dan mengubah-ubah tingkat intervensidengan arus kegiatan yang biasa. Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam membuat keputusan tersebut, adalah sebagai berikut:
1. apahkah benar-benar perlu untuk mengindentifikasi hubungan kausal, atau apakah cukup jika korelasi yang berlaku untuk varians dalam variabel terikat diketahui?
2. Jika penting untuk membuktikan bahwa hubungan kausal penting, mana dari dua, validitas internal dan eksternal, yang lebih diperlukan, atau apakah kedua-duanya dibutuhkan? Bila hanya validitas internal yang perting, eksperimen lab yang didesain dengan teliti akan menjadi jawaban; jika generalisasi adalah kriteria yang lebih penting, maka studi lab adalah yang pertama harus dilakukan, diikuti eksperimen lapangan, jika hasil yang pertama membenarkan hasil yang kedua.
3. Apakah biaya adalah faktor penting dalam studi? Jika ya, bisakah desain eksperimen yang kurang canggih tujuan?
Meskipun manajer mungkin sering tidak tertarik dalam hubungan sebab-akibat, pengetahuan yang baik mengenai desain eksperimen bisa membantu perkembangan sejumlah studi awal yang dilakukan untuk menguji apakah faktor seperti sistem bonus, tarif per satuan, waktu istirahat, dan seterusnya membawa pada hasi positif seperti motivasi yang lebih baik, peningkatan kinerja, dan kondisi kerja lainnya yang diinginkan di tempat kerja. Manajer pemasaran dapat menggunakan desain eksperimen untuk mempelajari pengaruh pada iklan penjualan, promosi penjualan, harga, dan sebagainya. Kesadaran akan manfaat simulasi sebagai alat penelitian juga bisa menghasilkan ikhtiar penelitian yang kreatif dalam bidang manajemen, sebagai mana hal tersebut terjadi dalam sisi manufaktur bisnis.
Jumat, 13 Maret 2015
DOA UMAHA
Apabila kita berhutang di luar kemampuan, itulah yang selalu menyebabkan kita terperangkap dengan hutang hutang berkepanjangan.
Berikut adalah doa yang Nabi Muhammad saw ajar kepada kita yang baik untuk diamalkan pagi dan petang untuk mengatasi masalah bebanan hutang.
“Ya Allah aku berlindung dari kesusahan dan kedukaan, dari lemah kemauan dan rasa malas, dari sifat pengecut dan bakhil, dari belenggu hutang dan tekanan manusia.”
Apa yang kita maklum, berdoa sahaja tidak akan menyelesaikan masalah. Duit tidak datang dengan sendirinya selepas kita mengaminkan sesuatu doa. Namun doa yang Nabi saw ajar ini mengandungi pengajaran yang penting.
Yaitu 4 langkah yang perlu kita buat apabila mau keluar dari beban hutang.
1. Hilangkan perasaan susah dan sedih
Mula-mula perlu buang perasaan negatif ini. Kerana mereka yang mempunyai belenggu hutang yang besar secara automatik mempunyai perasaan gundah gulana sebegini besar, ada di mana mana hutangnya . Iyalah, hutang sudah mengelilingi pinggang. Justeru itu , kita akan akui bahwa kita ada hutang.
Ya, kita akui. Bukan berada dalam penafian . Jangan hindari tapi hadapi situasi tersebut. Ini adalah langkah pertama yang paling penting, akui kesalahan masalah keuangan kita dan tentunya hidup mesti terus berjalan.
2. Tanam sifat rajin
Setelah berlaku jujur dengan diri sendiri maka langkah seterusnya adalah menjadi orang rajin. Orang yang berjaya semuanya orang yang rajin. Harus rajin bekerja, buat bisnis dan cari pendapatan tambahan. Tiada alasan, itu harus diikhtiarkan.
3. Menjadi berani dan banyak bersedekah
Ada banyak keadaan memerlukan kita jadi berani. Jika perusahaan tempat anda bekerja memberikan gaji yang tak cukup untuk kebutuhan anda , kita mesti berani berhenti kerja dan mencari kerja di tempat lain. Atau bila bisnis pertama gagal, berani untuk tutup kedai dan berani memulai bisnis yang lain.
Yang paling penting, mesti berani menjual. Namun kebanyakan kita tidak berani menjual sedangkan Allah swt telah menghalalkan bisnis.
Dan pada masa yang sama, banyaklah beri sedekah, bantu orang lain walaupun kita masih lagi belum keluar dari belenggu hutang sepenuhnya. Ya, jangan jadi bakhil. Jadilah orang yang pemurah untuk keluar dari belenggu hutang.
Give first, earn later.
4. Bayar hutang dengan sistematik
Apabila kita telah membuat 3 langkah yang awal, maka tibalah masa untuk kita menyusun semula hutang-hutang dengan baik supaya kita dapat menyelesaikannya dengan lebih cepat.
3 langkah sebelum ini menjadikan kita orang yang ada pendapatan lebih.
Namun jika duit lebih itu tidak dimanfaatkan untuk membayar hutang dengan sistematik maka kita tidak dapat keluar dari belenggu hutang ini dengan cepat.
Maka sebab itulah kita perlu berjumpa dengan pihak yang ada hutang dan membuat jadwal penstrukturan hutang yang sesuai. Ketika waktu beginilah kita menghadapi tekanan manusia lain yang datang menuntut hutang dengan pelbagai cara dan tekanan. Ya, hadapi mereka dengan berbincang secara baik. Pasti akan ada jalan keluarnya.
Usaha + Doa (Tawakal) = Bebas Hutang
Maka inilah fungsi doa dalam kehidupan. Setelah kita berusaha dengan cara yang betul, Allah akan membantu dengan caraNya yang lain atau dengan maksud yang lain, bertawakallah bersama dengan kita berusaha.
SOAL UAS PLC
STT YPM SIDOARJO
JURUSAN TEKNIK MESIN
UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP 2013/2014
Mata
Kuliah : PLC 1
Hari,
tanggal ujian : Jumat , 27 juni 2014
Semester : 4 (genap)
Waktu : 18.30 s.d 20.00
Dosen : Warasanto, ST
Sifat
ujian : open book
1.
Apakah
yang di maksud dengan sistem kontrol, jelaskan menurut apak yang anda ketahui ?
2.
Jelaskan
2 macam sistem kontrol danjelaskan secara singkat ?
3.
Sebutkan
satu contoh sistem kontrol ‘close loop’ serta jelaskan secara singkat cara
kerjanya ?
4.
Sebutkan
dan jelaskan bagian bagian dari PLC ?
5.
Apakah yang di maksud dengan komponen input
pada sistem PLC, serta sebutkan salah satu contohnya ?
6.
Sebutkan
beberapa perintah dasar pada pemrograman PLC yang anda ketahui ?
Selamat mengerjakan dan semoga sukses......................................................
Kunci jawaban
1.
Sistem kontrol
Istilah sistem kontrol dalam
teknik listrik mempunyai arti suatu peralatan atau sekelompok peralatan yang
digunakan untuk mengatur fungsi kerja suatu mesin dan memetakan tingkah laku
mesin tersebut sesuai dengan yang dikehendaki. Fungsi kerja mesin tersebut
mencakup antara lain menjalankan (start), mengatur (regulasi), dan menghentikan
suatu proses kerja. Pada umumnya, sistem kendali merupakan suatu kumpulan peralatan
listrik atau elektronik, peralatan mekanik, dan peralatan lain yang menjamin
stabilitas dan transisi halus serta ketepatan suatu proses kerja.
2.
Ada 2 jenis sistem kontrol:
- Sistem kontrol lup tertutup (closed-loop control system).
- Sistem kontrol lup terbuka (open-loop control system).
Sistem Kontrol Lup Tertutup
Jenisnya :
¢
sistem
kontrol berumpan balik (feedback control system)
¢
sistem kontrol inferensial (inferential
control system)
¢
sistem kontrol berumpan-maju (feedforwardcontrol
Sistem kontrol lup terbuka
Kelebihan:
¢ konstruksinya
sederhana dan perawatannya mudah
¢ lebih
murah
¢ tidak
ada persoalan kestabilan
¢ cocok
untuk keluaran yang sukar diukur /tidak ekonomis (contoh: untuk mengukur
kualitas keluaran pemanggang roti)
Kelemahan:
¢ gangguan
dan perubahan kalibrasi
¢ untuk
menjaga kualitas yang diinginkan perlu kalibrasi ulang dari waktu ke waktu
3
Sistem Loop Tertutup (Closed loop systems)
Sebuah sistem yang mengontrol keluaran dari sistem tersbut dengan caramemonitor
keluaran itu sendiri disebut sebagai Sistem Loop tertutup (ClosedLoop Systems).
Sebagai contoh dari sistem loop tertutup dalam kendaraanadalah sistem pengisian
muatan battere (Charging systems). Regulatortegangan mengatur tegangan keluaran
dari alternator dengan caramemonitor tegangan keluaran alternator. Jika
tegangan terlalu rendah,regulator tegangan akan menaikkan keluaran alternator.
Tanpa regulatortegangan, keluaran alternator tidak bisa diatur pada beban-beban
elektrikyang tepat. Banyak sistem menggunakan sistem loop tertutup.
Beberapacontoh lain adalah: Kontrol Perjalanan (Cruise Control), Kontrol knock
untuksistem pengapian (Ignition System Knock Control), Kontrol
kecepatanstasioner (Idle speed control), dan Kontrol koreksi A/F ratio loop
tertutup(Closed Loop Air/Fuel Ration Correction Control). Ketika ECM mengoreksi
A/Fratio berdasarkan pada sinyal sensor oxygen atau sensor A/F ratio,
sistemdapat dikatakan sedang dalam loop tertutup.
4.
Adapun Penjelasan dari
komponen-komponen pada PLC adalah Sebagai Berikut :
1. Central Processing
Unit (CPU)
CPU merupakan bagian utama dan merupakan otak dari PLC.
CPU ini berfungsi untuk melakukan komunikasi dengan PC atau Console, interkoneksi pada setiap bagian PLC, mengeksekusi program-program, serta mengatur input dan ouput sistem
CPU merupakan bagian utama dan merupakan otak dari PLC.
CPU ini berfungsi untuk melakukan komunikasi dengan PC atau Console, interkoneksi pada setiap bagian PLC, mengeksekusi program-program, serta mengatur input dan ouput sistem
2. Memori
Memori merupakan tempat penyimpan data sementara dan tempat menyimpan program yang harus dijalankan, dimana program tersebut merupakan hasil terjemahan dari ladder diagram yang dibuat oleh user. Sistem memori pada PLC juga mengarah pada teknologi flash memory.
Memori merupakan tempat penyimpan data sementara dan tempat menyimpan program yang harus dijalankan, dimana program tersebut merupakan hasil terjemahan dari ladder diagram yang dibuat oleh user. Sistem memori pada PLC juga mengarah pada teknologi flash memory.
Dengan menggunakan flash
memory maka akan sangat mudah bagi pengguna untuk melakukan programming maupun
reprogramming secara berulang-ulang. Selain itu pada flash memory juga terdapat
EPROM yang dapat dihapus berulang-ulang.
Sistem memori dibagi
dalam blok-blok dimana masing-masing blok memiliki fungsi sendiri-sendiri.
Beberapa bagian dari memori digunakan untuk menyimpan status dari input dan
output, sementara bagian memori yang lain digunakan untuk menyimpan variable
yang digunakan pada program seperti nilai timer dan counter.
PLC memiliki suatu rutin
kompleks yang digunakan untuk memastikan memori PLC tidak rusak. Hal ini dapat
dilihat lewat lampu indikator pada PLC.
3. Catu Daya PLC
Catu daya (power supply) digunakan untuk memberikan tegangan pada PLC. Tegangan masukan pada PLC biasanya sekitar 24 VDC atau 220 VAC. Pada PLC yang besar, catu daya biasanya diletakkan terpisah.
Catu daya (power supply) digunakan untuk memberikan tegangan pada PLC. Tegangan masukan pada PLC biasanya sekitar 24 VDC atau 220 VAC. Pada PLC yang besar, catu daya biasanya diletakkan terpisah.
Catu daya tidak
digunakan untuk memberikan daya secara langsung ke input maupun output, yang
berarti input dan output murni merupakan saklar. Jadi pengguna harus
menyediakan sendiri catu daya untuk input dan output pada PLC. Dengan cara ini
maka PLC itu tidak akan mudah rusak.
(No 5) 4. Rangkaian
Input PLC
Kemampuan suatu sistem otomatis tergantung pada kemampuan PLC dalam membaca sinyal dari berbagai piranti input, contoh sensor. Untuk mendeteksi suatu proses dibutuhkan sensor yang tepat untuk tiap-tiap kondisi. Sinyal input dapat berupa logika 0 dan 1 (ON dan OFF) ataupun analog.
Kemampuan suatu sistem otomatis tergantung pada kemampuan PLC dalam membaca sinyal dari berbagai piranti input, contoh sensor. Untuk mendeteksi suatu proses dibutuhkan sensor yang tepat untuk tiap-tiap kondisi. Sinyal input dapat berupa logika 0 dan 1 (ON dan OFF) ataupun analog.
Pada Jalur Input
terdapat rangkaian antarmuka yang terhubung dengan CPU. Rangkaian ini digunakan
untuk menjaga agar sinyal-sinyal yang tidak diinginkan tidak langsung masuk ke
dalam CPU. Selain itu juga rangkaian ini berfungsi sebagai tegangan dari
sinyal-sinyal input yang memiliki tegangan kerja yang tidak sama dengan CPU
agar menjadi sama. Contoh Jika CPU menerima input dari sensor yang memiliki
tegangan kerja sebesar 24VDC maka tegangan tersebut harus dikonversi terlebih
dahulu menjadi 5VDC agar sesuai dengan tegangan kerja CPU.
Rangkaian ini digunakan
untuk menjaga agar sinyal-sinyal yang tidak diinginkan tidak langsung masuk ke
dalam CPU. Selain itu juga rangkaian ini berfungsi sebagai tegangan dari
sinyal-sinyal input yang memiliki tegangan kerja yang tidak sama dengan CPU
agar menjadi sama.
Contoh Jika CPU menerima
input dari sensor yang memiliki tegangan kerja sebesar 24VDC maka tegangan
tersebut harus dikonversi terlebih dahulu menjadi 5VDC agar sesuai dengan
tegangan kerja CPU.
Rangkaian ini disebut
dengan rangkaian Opto-Isolator yang artinya tidak ada hubungan kabel dengan
dunia luar. Cara kerjanya yaitu ketika bagian input memperoleh sinyal, maka
akan mengakibatkan LED menjadi ON sehingga photo-transistor menerima cahaya dan
akan menghantarkan arus ON sehingga tegangannya drop di bawah 1 Volt. Hal ini
akan menyebabkan CPU membaca logika 0. Begitu juga sebaliknya.
5. Rangkaian output PLC
Suatu sistem otomatis tidak akan lengkap jika sistem tersebut tidak memiliki jalur output. Output sistem ini dapat berupa analog maupun digital. output analog digunakan untuk menghasilkan sinyal analog sedangkan output digital digunakan untuk menghubungkan dan memutuskan jalur, misalnya piranti output yang sering dipakai dalam PLC adalah motor, relai, selenoid, lampu, dan speaker.
Suatu sistem otomatis tidak akan lengkap jika sistem tersebut tidak memiliki jalur output. Output sistem ini dapat berupa analog maupun digital. output analog digunakan untuk menghasilkan sinyal analog sedangkan output digital digunakan untuk menghubungkan dan memutuskan jalur, misalnya piranti output yang sering dipakai dalam PLC adalah motor, relai, selenoid, lampu, dan speaker.
Seperti pada rangkaian
input PLC, pada bagian output PLC juga dibutuhkan suatu antarmuka yang
digunakan untuk melindungi CPU dari peralatan eksternal. Antarmuka output PLC
sama dengan antarmuka input PLC.
6. Penambahan I/O PLC
Setiap PLC pasti memiliki jumlah I/O yang terbatas, yang ditentukan berdasarkan tipe PLC. Namun dalam Aplikasi seringkali I/O yang ada pada PLC tidak mencukupi. Oleh sebab itu diperlukan perangkat tambahan untuk menambah jumlah I/O yang tersedia. Penambahan jumlah I/O ini dinamakan dengan expansin Unit.
Setiap PLC pasti memiliki jumlah I/O yang terbatas, yang ditentukan berdasarkan tipe PLC. Namun dalam Aplikasi seringkali I/O yang ada pada PLC tidak mencukupi. Oleh sebab itu diperlukan perangkat tambahan untuk menambah jumlah I/O yang tersedia. Penambahan jumlah I/O ini dinamakan dengan expansin Unit.
6.
Perintah
dasar ini adalah perintah yang paling utama dan sering
digunakan dalam penulisan kode mneumonik serta selalu pasti ada di setiap
pemprograman system control menggunakan PLC.
ADAPUN MACAM
– MACAM PERINTAH DASAR adalah :
1. LOAD
Perintah
LOAD yang sering disingkat dengan LD adalah awalan dari garis logika atau block.
Jika dalam rangkaian manual fungsinya sama dengan suatu bentuk input kontak NO
( Normally Open ) / saklar / sensor.
2. NOT
Perintah NOT adalah perintah kebalikan ( inverts )
input atau yang berarti tidak atau yang bersifat tertutup. Jika
dalam rangkaian manual fungsinya sama dengan suatu bentuk input kontak NC (
Normally Close ).
3. AND
Perintah AND adalah perintah yang digunakan untuk
menghubungkan secara segaris yang berarti dan. Jika dalam rangkaian
manual fungsinya merupakan hubungan kontak – kontak bantu secara seri dua atau
lebih dari suatu input, baik yang berupa NO ataupun NC.
4. OR
Perintah OR adalah perintah yang digunakan untuk
menghubungkan secara sejajar yang berarti atau. Jika dalam rangkaian
manual fungsinya merupakan hubungan kontak – kontak bantu secara paralel dua
atau lebih dari suatu input, baik yang berupa NO ataupun NC.
5. OUT
Perintah OUT adalah perintah yang digunakan untuk batas
dari suatu akhir perintah diagram satu garis atau yang merupakan bagian akhir dari satu perintah. Jika dalam rangkaian manual fungsinya
merupakan hubungan akhir yang menuju ke koil kontaktor.
6. END ( 01 )
Perintah END
( 01 ) adalah perintah yang digunakan untuk menandai
pemprograman telah selesai atau pengisian program sudah akhir. Jika akhir
pengisian program tidak diberi perintah END ( 01 ), maka pemprograman dianggap
belum selesai ( no end inst ) dan PLC tidak dapat dioperasikan.
Langganan:
Postingan (Atom)